Inilah Biografi Mario Teguh, Sang Motivator Termahal Di Indonesia
Mario Teguh (lahir di Makassar, 5 Maret 1956; umur 54 tahun) adalah seorang muslim yang menjadi motivator dan konsultan asal Indonesia. Nama aslinya adalah Sis Maryono Teguh, namun saat tampil di depan publik, ia menggunakan nama Mario Teguh. Ia meraih gelar Sarjana Pendidikan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang. Mario Teguh sempat bekerja di Citibank, kemudian mendirikan Bussiness Effectiveness Consultant, Exnal Corp. menjabat sebagai CEO (Chief Executive Officer) dan Senior Consultan. Beliau juga membentuk komunnitas Mario Teguh Super Club (MTSC).
Tahun 2010 kembali meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai Motivator dengan Facebook Fans terbesar di dunia.
Di awal tahun 2010, Beliau terpilih sebagai satu dari 8 Tokoh Perubahan 2009 versi Republika surat kabar yang terbit di Jakarta.
Sebelumnya Beliau membawakan acara bertajuk Business Art di O'Channel. Kemudian namanya semakin dikenal luas oleh masyarakat ketika ia membawakan acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV. Pada saat ini Mario Teguh dikenal sebagai salah satu motivator termahal di Indonesia.
Di tahun 2003 mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai penyelenggara seminar berhadiah mobil pertama di Indonesia.
Pendidikan
1. Jurusan Arsitektur New Trier West High (setingkat SMA) di Chicago, Amerika Serikat, 1975.
2. Jurusan Linguistik dan Pendidikan Bahasa Inggris, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang (S-1).
3. Jurusan International Business, Sophia University, Tokyo, Jepang.
4. Jurusan Operations Systems, Indiana University, Amerika Serikat, 1983 (MBA).
PENGALAMAN
* Citibank Indonesia (1983 – 1986) as Head of Sales
* BSB Bank (1986 – 1989) as Manager Business Development
* Aspac Bank (1990 – 1994) as Vice President Marketing & Organization Development
* Exnal Corp Jakarta (1994 – present) as CEO, Senior Consultant
* Spesialisasi : Business Effectiveness Consultant
BUKU KARANGAN MARIO TEGUH
* Becoming a Star (2006)
* One Million Second Chances (2006) Biodata
PRESTASI MARIO TEGUH DI TAHUN 2010
* Meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai Motivator dengan Facebook Fans terbesar di dunia.
* Terpilih sebagai satu dari 8 Tokoh Perubahan 2009 versi Republika surat kabar yang terbit di Jakarta.
Sebelumnya Mario Teguh membawakan acara bertajuk Business Art di O’Channel. Kemudian namanya semakin dikenal luas oleh masyarakat ketika ia membawakan acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV. Dan pada saat ini Mario Teguh dikenal sebagai salah satu motivator termahal di Indonesia.
TIPS MARIO TEGUH
Semua keberhasilan dan kegagalan seseorang itu berasal dari masing masing orang tersebut, memulai suatu usaha apapun harus dimulai dari sikap dan cara berpikir kita dalam menanggapi berbagai situasi yang akan ditemui dalam mengarungi kerasnya kehidupan ini. Semua kita ini adalah orang orang yang memiliki kelebihan dan kekurangan, tinggal bagaimana kita mengoptimalkan potensi kelebihan kita dan meminimalkan kekurangan kita, karna keseimbangan ke semua unsur kita adalah kunci sukses yang akan kita raih. Kita bukan harus berhasil, bukan harus sukses, tapi kita harus mencoba untuk sukses tanpa kenal lelah dan kata menyerah, kegagalan adalah jenjang untuk sebuah kesuksesan bukan harus ditangisi dan disesali.
sapta wiguna
Selasa, 07 Februari 2012
Biografi "Sapta Wiguna"
Asalamualaikum WR. WB
Segala Puji bagi pencipta alam semesta ALLAH SWT yang telah memberikan hidayah dan inayahnya kepada saya:
Nama : Sapta Wiguna
Ttl : Bogor, 13 Juni 1992
Alamat : Jalan Veteran III Desa Cibedug RT 01/02 Ciawi-Bogor
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : Universitas Pakuan FKIP Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
NPM : 0321 10 038
Kelas : 3/a
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Banjarwaru
2. MTS Fathan Mubina
3. SMAN 1 Megamendung
4. Universitas Pakuan FKIP Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
Hobi : Memancing
Minat : Sukses Dunia dan Akherat
Amanat : Bahtera Dunia, Pulau Akherat
Riwayat Organisasi
1. KNPI
2. PUI
3. Hima Diksatrasia
4. IMABSII
tidak ada kata yang sungguh benar-benar terjadi tanpa kehendaknya dan tidak ada tindakan yang benar-benar dilakukan tanpa diketahui-Nya, gunung, udara, air, tanah, dan makhluknya patutlah untuk cinta dan sayang akan ALLAH. Semoga ini menjadi Muhabbah kita kepada sang pencipta yang Maha Sempurna. amin
wslmkum
Segala Puji bagi pencipta alam semesta ALLAH SWT yang telah memberikan hidayah dan inayahnya kepada saya:
Nama : Sapta Wiguna
Ttl : Bogor, 13 Juni 1992
Alamat : Jalan Veteran III Desa Cibedug RT 01/02 Ciawi-Bogor
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : Universitas Pakuan FKIP Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
NPM : 0321 10 038
Kelas : 3/a
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Banjarwaru
2. MTS Fathan Mubina
3. SMAN 1 Megamendung
4. Universitas Pakuan FKIP Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
Hobi : Memancing
Minat : Sukses Dunia dan Akherat
Amanat : Bahtera Dunia, Pulau Akherat
Riwayat Organisasi
1. KNPI
2. PUI
3. Hima Diksatrasia
4. IMABSII
tidak ada kata yang sungguh benar-benar terjadi tanpa kehendaknya dan tidak ada tindakan yang benar-benar dilakukan tanpa diketahui-Nya, gunung, udara, air, tanah, dan makhluknya patutlah untuk cinta dan sayang akan ALLAH. Semoga ini menjadi Muhabbah kita kepada sang pencipta yang Maha Sempurna. amin
wslmkum
pudarnya pesona cleopatra
kajian novel "Pudarnya Pesona Cleopatra"
Cinta adalah hal terindah yang tak dapat dipisahkan dalam merajut sebuah mahligai rumah tangga. Setiap manusia menginginkan pasangan hidup yang ideal, saling mencintai, penuh kasih sayang, dan mau menerima apa adanya. Namun, apa jadinya bila cinta bertepuk sebelah tangan sehingga semua angan menjadi abu? Seorang suami yang shaleh, baik, bertanggungjawab, perhatian, penyayang, dan penyabar adalah sosok yang diimpikan semua istri. Begitu pula seorang istri yang salehah, setia, perhatian, pengertian, dapat melayani pasangan hidupnya dengan baik, dan selalu mendampingi dalam keadaan suka maupun duka merupakan bidadari yang diimpikan semua suami. Kecantikan dan ketampanan tidak ada nilainya dibandingkan hati yang tulus dan ikhlas. Terkadang keduanya akan membuat dampak yang negatif apabila hanya memandang keindahan lahiriah saja, karena kecantikan dan ketampanan yang mereka miliki hanyalah topeng. Agama Islam mengajarkan bahwa “wanita yang baik akan bertemu dengan pria yang baik, begitupun sebaliknya, bahwa wanita yang berperangai buruk maka akan bertemu dengan pria yang memiliki perangai kurang baik”. Hal itu tetap dipegang teguh oleh semua orang yang menginginkan pasangan hidupnya memiliki akhlak yang baik. Namun, kadang kala keindahan lahiriah banyak mengelabui mata hati. Sehingga ia tak mampu melihat bahwa di depannya ada gemerlap bintang yang paling indah.
Paragraf di atas menggambarkan keadaan seperti yang tersirat dalam novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” karya Habiburrahman El Shirazy. Dengan tokoh utama yaitu Aku yang memiliki hasrat untuk beristrikan gadis Mesir tetapi harus pasrah pada perjodohan ibunya dengan gadis cantik, pintar dan shalehah dari Jawa. Berisi pergolakan batin yang hebat antara hasrat dan kenyataan yang dihadapi, sampai akhirnya ada kesadaran yang terlambat sehingga hatinya dipenuhi penyesalan.
Cerita ini di kemas secara apik oleh penulis dengan bahasa yang sederhana namun indah dan isi cerita yang menarik.
Adapun cerita “Pudarnya Pesona Cleoptra” ini memiliki dua tokoh utama yaitu Aku dan Raihana, serta beberapa tokoh pembantu seperti Ibu Aku (Halaman 1), Aida (Halaman 2), Tante Lia (Halaman 3), Yu Imah (Halaman 21), Ibu Mertua (Halaman 21), Pak Hardi dan Pak Susilo (Halaman 25), dan Pak Qalyubi (Halaman 29). Tidak hanya itu, dalam cerita ini ada tokoh yang dimunculkan hanya melalui cerita dari para tokoh yang terlibat langsung dalam kejadian di dalam cerita, seperti Mona Zaki (Halaman 12), Ratu Cleopatra (Halaman 3), Pak Agung (Halaman 25), Judit (Halaman 25), Zaenab (Halaman 26), Pak Soedarmadji (Halaman 26), Kiai Ahmad (Halaman 26), Fadhil (Halaman 31), dan Yasmin (Halaman 29).
Tokoh Aku yang memiliki watak keras kepala seperti yang terdapat, egois, terlalu acuh, agak sinis dan tidak mau menerima takdir serta tidak bisa menghargai orang yang mencintainya dengan tulus (Halaman 7) “Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang kerja atau di ruang tamu.” Menyayangi sang ibu (Halaman 2) “Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.”
Tokoh Raihana memiliki jiwa yang bersih, kuat atau tegar, beriman dan selalu tulus mencintai karena percaya ada yang lebih dicintai dengan penuh kepasrahan yaitu Allah walaupun harus menelan kepahitan yang dialaminya. Dia perempuan Jawa sejati yang selalu berusaha menahan segala badai dalam berbagai keadaan dan selalu menomorsatukan suami serta menomorduakan dirinya sendiri. (halaman 11 paragraf 9) “Mas tidak apa-apa?” tanyanya cemas sambil melepas jaketku yang basah kuyup. “Mas mandi pakai air hangat saja ya. aku sedang menggodok air. Lima menit lagi mendidih.” Lanjutnya. (halaman 11 paragraf 12) “Mas aku buatkan wedang jahe panas. Biar segar.” (halaman 12 paragraf 16) Raihana dengan sabar mengerokin punggung suaminya dengan sentuhan yang halus. Setelah dikerokin Raihana membawa satu mangkok bubur kacang hijau panas. “ kebetulan Hana buat bubur kacang hijau. Makanlah Mas untuk mengisi perut biar segera pulih”. (halaman 15 paragraf 23) “Mas, bangun Mas. Sudah jam setengah empat! Kau belum salat Isya”. (halaman 20 paragraf 11) Saat mau berangkat ke rumah sanak saudaranya Raihana masih menawarkan pakaian kepada suaminya, “ Mau pakai baju apa Mas, biar dinda siapkan? Atau, biar dinda saja yang memilihkan ya?” Hana begitu bahagia. Saat berada di sanak saudaranya Raihana tetap membangga-banggakan suaminya yang jelas-jelas telah menzaliminya.
Ibu adalah ibunda tokoh Aku, memiliki karakter yang terlalu memaksakan kehendak (Halaman 1, Paragraf 1, Baris ke-2) “Harus dengan dia, tak ada pilihan lain!” tegas ibu. Selain itu, tokoh ibu masih berpikiran kolot (berdasarkan penuturan tokoh Aku. Halaman 1 Paragraf 2) “sebenarnya sejak ada di dalam kandungan Aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah ku kenal itu. Kok bisa-bisanya ibuku berbuat begitu. Pikiran orang dulu memang aneh.” dan
seperti kebanyakan masyarakat Indonesia lainnya, dalam memilih jodoh harus dilihat dari bebet, bibit, dan bobotnya (Halaman 1, paragraf terakhir) ” Ibu tahu persis garis keturunan Raihana.”
Aida adalah adik tokoh Aku, ia merupakan pendukung setia ibu (ditututrkan oleh tokoh Aku. Halaman , paragraf 3) “Adikku satu-satunya ini memang pendukung setia ibu.” Dan bicara sekenanya (Halaman 2, percakapan 1, 3, dan 5) salah satu percakapannya, “Lumayan, delapan koma lima lah.”
Tante Lia merupakan pemilik salon kosmetik terkemuka yang selalu mendukung dan menyakinkan tokoh Aku bahwa Raihana memiliki wajah yang cantik alami. (halaman 3, paragraf 1, baris ke 16) “ Cantiknya benar-benar alami. Bisa jadi iklan sabun Lux lho, asli!” memiliki selera yang tinggi terutama dalam hal kecantikan (Halaman 3) “Bahkan Tante Lia, pemilik salon terkemuka di Bandung yang seleranya terkenal sangat tinggi dalam hal kecantikan mengacungkan jempol tatkala menatap foto Raihana”
Ibu mertua adalah ibunda Raihana yang juga merupakan ibu mertua tokoh Aku. Memiliki karakter senang bercanda (Halaman 21, paragraf 3, percakapan ke-2) “Ya masih baru, tho Nduk. Namanya pengantin baru satu tahun! Hi...hi..hi..”
Yu Imah adalah kerabat dari tokoh Aku dan Raihana, ia senag bercanda dan menggoda (Halaman 21, paragraf 1, percakapan 1 dan 4) “Selamat datang Pengantin Baru! Selamat datang pasangan paling ideal dalam keluarga!” sambut Yu Imah dan “Aku juga baru lho. Pengantin baru sepuluh tahun! He..he..he..” tukas Yu Imah.
Pak Qalyubi adalah seorang dosen Bahasa Arab yang berasal dari Medan (Halaman 29, paragraf 1) “Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan dosen Bahasa Arab dari Medan”, pintar (berdasarkan penuturan tokoh sendiri, Halaman 30, paragraf terakhir) “Tahun pertama saya dapat lulus dengan predikat Jayyid”, berasal dari keluarga yang kaya (berdasarkan penuturan tokoh sendiri, Halaman 30) “Saya anak tunggal seorang yang cukup kaya di pinggir timur Kota Medan”, terbuka (Halaman 29, paragraf 1, baris ke-12) “Akhirnya lama-kelamaan Pak Qalyubi sangat terbuka kepadaku”, terbuai dengan kecantikan lahiriah (Halaman 31, paragraf 1) “Dalam pandangan pertama, saya langsung jatuh cinta kepadanya” (Halaman 32 baris ke-3) “Sebab kecantikannya membuat saya tergila-gila” (Halaman 36, baris ke-9) “Setiap kali saya melihat wajahnya yang cantik dan meminta dengan manja saya tidak kuasa mengecewakannya”, mengikuti hawa nafsu (Halaman 31) “Dalam hati saya bersumpah tidak akan menikah kecuali dengan dia atau gadis secantik dia”, keras kepala (meskipun banyak orang yang memberikan masukan bahkan melarang pernikahannya dengan Yasmin, namun ia tetap bersikukuh dengan keinginannya untuk mempersunting gadis mesir itu)
Pak Hardi dan Pak Susilo adalah rekan kerja tokoh Aku. Untuk karakter kedua tokoh tersebut, penulis tidak menggambarkan secara gamblang maupun secara tersirat karena keduanya hanya bercakap-cakap mengenai hal terjadi pada tokoh Pak Agung.
Pak Agung adalah salah satu dosen yang mengajar di universitas yang sama dengan tokoh Aku. Ia adalah dosen muda yang paling cemerlang kariernya di kampus (Halaman 25, paragraf 3) “Dia adalah dosen muda yang paling cemerlang kariernya di kampus ini.” Bintang kampus (Halaman 26, paragraf 2) “Dulu dia adalah bintang di kampus ini.” Mengalami gangguan psikologis (Halaman 26, paragraf 1) “...sekarang ini Pak Agung juga sedang menjalani terapi psikologis di rumah sakit jiwa....” Keras kepala (Halaman 27) “Tapi agung nekad. Semua saran dan nasehat tidak ia indahkan.” Lebih mengikuti hawa nafsu daripada nurani (Halaman 27) “...Dia lebih mengikuti hawa nafsunya daripada nuraninya....”
Judit adalah istri Pak Agung, ia juga merupakan putri dari seorang promotor ,. Tak hanya itu, ia juga adalah seorang wanita yang cantik (Halaman 25, paragraf terakhir) “Dan karena kecerdasan dan kepiawaiannya, ia berhasil menyunting puteri promotornya yang cantik jelita, secantik Nocole Kidman” Judit juga merupakan seorang istri yang melakukan perselingkuhan (Halaman 26, baris ke-1) “Karena ia melihat Judit berselingkuh dengan bule Amerika.”
Zaenab adalah putri dari Kiai Ahmad (Halaman 26 paragraf 3) “Dia adalah puteri Pak Kiai Ahmad Munaji.” Kembang desa (Halaman 26 paragraf 3) “...tapi untuk ukuran di desanya termasuk kembang desa” Zaenab juga hapal Alquran dan kuliah di Airlangga (Halaman 26 paragraf ke-3) “Zaenab hafal Alquran dan kuliah di Universitas Airlangga”
Pak Soedarmadji adalah ayahanda Pak Agung, ia berkepribadian bijaksana dan selalu menasihati anaknya (Halaman 26) “...Kerabat Agung, terutama ayahnya sudah mengingatkan agar tidak terpedaya oleh pesona sementara.” Serta tidak memaksakan kehendak (Halaman 27) “Keluarganya hanya bisa mendoakan agar perkawinan itu langgeng seperti langgengnya perkawinan di Jawa pada umumnya.”
Kiai Ahmad adalah ayahanda Zaenab, ia sangat religius (Halaman 26) “....pengasuh sebuah pesantren tahfidh Alquran di Batu sana” (Halaman 27) “Ayahnya, Pak Kiai Ahmad sangat ketat menjaga akhlak dan moral anak-anaknya.”
Yasmin adalah istri Pak Qalyubi, ia merupakan orang yang berasal dari Mesir. Ia selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya (Halaman 35), pelit (Halaman 34 dan 36) “saya minta pada Yasmin untuk menjual perhiasannya yang bernilai ratusan juta untuk modal usaha. Dia tidak mau.” “Saya minta dia mau menjual sedikit dari perhiasan yang saya belikan itu untk biaya ke sana. Tapi dia tidak mau.” Boros (Halaman 33) “Saya minta pada Yasmin untuk lebih berhemat. Tidak setiap tahun ke Mesir tapi tiga tahun sekali. Yasmin tidak bisa”, Cantik (Halaman 31) “Saya belum pernah melihat gadis secantik dia.” Awam pengetahuan agamanya (Halaman 32) “Itu lebih selamat daripada Yasmin yang awam pengetahuan agamanya.” Senang hidup mewah (Halaman 32 dan 33) “Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis mesir yang menikah dengan orang Mesir pada umumnya.” “Kami langsung membeli rumah di kawasan elit Medan”. Pendusta (Halaman 37) “...diam-diam Yasmin sering menulis cerita bohong pada keluarganya.” Berselingkuh (Halaman 36) “Dan dilanjutkan dengan perselingkuhan.”
Fadhil adalah kakak kelas Pak Qalyubi yang memberi nasihat dan ketegasan kepada Pak Qalyubi agar segera menikah dengan Yasmin atau segera mengakhiri hubungannya tersebut. ia adalah sosok yang religius. (Halaman 32 baris 1) “Fadhil membuat garis tegas: akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya!”
Mona Zaki adalah seorang artis yang sangat cantik (Halaman 12 dan 13) “Aku punya keponakan yang sangat cantik namanya Mona Zaki.” “Mona Zaki, aktris belia yang sedang naik daun itu? tanyaku. “Dia memang cantik tak kalah dengan RatuCleopatra.” Tidak memakai jilbab (Halaman 13) “Dia tidak pakai jilbab.”
Cleopatra adalah seorang ratu yang sangat terkenal akan kecantikannya. Konon, tak ada satupun wanita yang dapat mengalahkan pesona kecantikannya dan tak ada satupun pria yang dapat menolak pesona keelokannya. Hal tersebut diketahui dari keinginan tokoh Aku yang menggebu-gebu ingin memiliki istri seorang wanita dengan pesona kecantikan titisan sang ratu.
Orang tua Pak Qalyubi merupakan orang tua yang baik dan sangat menyayangi anak semata wayangnya, hal tersebut dapat dilihat dari kerelaannya menjual semua harta yang dimiliki demi kebahagiaan sang anak.
Cerita “Pudarnya Pesona Cleopatra” terjadi di masa kini yang sudah maju dan modern. Selain itu, secara lebih khusus waktu terjadinya peristiwa adalah saat sore hari dan pagi hari (Halaman 11), pukul 7 malam (Halaman 13), sore hari (Halaman 19), petang (Halaman 24), malam dan siang hari (Halaman 25), dan satu minggu yang lalu (Halaman 44). Adapun peristiwa dalam cerita berlangsung di tanah Jawa yang masih kental terhadap adat dan norma ketimuran yang baik, serta sesekali berkisar di Mesir, tempat tokoh Aku menimba ilmu. Secara lebih mendetail, tempat terjadinya peristiwa adalah di Jawa, di rumah kontrakan yaitu kediaman Raihana dan Aku (Halaman 5), di Puncak (Halaman 29), di kampus (Halaman 25), di rumah ibu mertua (Halaman 23), dan pemakaman (Halaman 45). Tidak hanya itu, suasana dalam cerita ini di balut dengan rasa haru, sedih, marah, kecewa, tertekan, bingung, penuh penyesalan, dan perasaan kesal dari para tokoh. Selain itu, cerita ini berlatar pada kehidupan sosial ketimuran yang kental dengan nilai, norma dan budaya yang masih menyanjung tentang kesetiaan, kehormatan dan tenggang rasa. Dan tentang budaya mesir yang jauh berbeda kehidupan sosialnya dengan Indonesia khususnya Jawa.
Dengan tema kepasrahan, ketulusan, cinta kasih, keangkuhan, egois dan penyesalan, pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh utama (AKU) dengan posisi sebagai sentral demi amanat cerita sebagai pembelajaran yang merupakan inti cerita. Ini terlihat tidak ada nama tokoh utama karena sepanjang cerita tokohnya ditulis AKU.
Adapun alur cerita yang terdapat dalam novel ini adalah alur campuran, hal ini terlihat dari awal cerita yang terus maju namun kemudian ada flash back ketika para tokoh bercerita mengenai kejadian di masa lalunya seperti tokoh Pak Qalyubi yang menceritakan tentang pengalaman pribadinya kepada tokoh Aku.
Klimaks yang terjadi pada novel ini terdapat di halaman 9, tokoh Aku sudah sangat tersiksa dengan keadaan tidak sehat ini, begitu juga dengan Raihana yang merasakan hal sama, tetapi dia perempuan yang tegar. Di halaman yang sama, Raihana bertanya dengan keadaan semua ini, namun mendapat tanggapan yang dingin oleh suaminya, (halaman 9 paragraf 1) “ Tidak apa-apa kok Mbak, mungkin aku belum dewasa! Aku mungkin masih harus belajar berumah tangga, Mbak!”. Pada halaman yang sama namun tercantum paragraf 2, “Kenapa Mas manggilku “Mbak”? Akukan istri Mas. Apakah Mas tidak mencintaiku?” tanyanya dengan gurat sedih tampak diwajahnya. Pada paragraf 3, “Wallahu a’lam!” jawabku sekenanya. Dan dengan mata berkaca-kaca Raihana diam, menunduk, tak lama kemudian ia menangis terisak-isak memeluk kedua kakiku. (halaman 10 paragraf 4) “Kalau Mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa Mas ucapkan akad nikah itu? Kalau dalam tingkahku melayani Mas masih ada yang tidak berkenan kenapa Mas tidak bilang dan menegurnya. Kenapa Mas diam saja? Aku sangat mencintaimu Mas. Aku siap mengorbankan nyawa untuk kebahagiaan Mas? Jelaskanlah padaku apa yang harus aku lakukan untuk membuat rumah ini penuh dengan bunga-bunga indah yang bermekaran ? apa yang harus aku lakukan agar Mas tersenyum? katakanlah Mas! Katakanlah! Asal jangan satu hal. Kuminta asal jangan satu hal, yaitu menceraikan aku! Itu adalah neraka bagiku. Lebih baik aku mati daripada Mas menceraikanku. Namun sang suami tak merasakan apa-apa, dan juga tak bisa iba pada Raihana yang dari tadi mengiba penuh pasrah. Hari ke hari komunikasi mereka tidak lancar, namun Raihana tetap setia melayani suaminya walaupun dia tahu bahwa suaminya tidak mencintainya.
Novel ini sarat dengan amanat seperti 1) Janganlah menzalimi istri yang salehah dan perhatian karena penyesalan akan datang terakhir atas seizin Allah swt. sebagai hukuman dari perbuatan suami yang lalai. 2) Allah swt. tidak pernah membiarkan umatnya menderita bahkan akan membukakan pintu hati umatnya yang bersalah. 3) Hendaknya mencintai seseorang dengan penuh keikhlasan tanpa memandang hal tampak secara lahiriah. 4) Cinta yang hakiki hanyalah cinta dari Ilahi dan cinta karena Ilahi. 5) cinta dan nafsu adalah serupa namun tak sama, gunakanlah mata hati untuk menemukan cinta yang sesungguhnya. 6) Apa yang tampak secara lahiriah belum tentu sama dengan yang ada di dalam hati si empunya. 7) Kebahagiaan seorang suami bukan diukur dari kecantikan seorang istri melainkan dari keimanan dan ketakwaan seorang istri. 8) Sikap terbuka dalam kehidupan rumah tangga diperlukan demi menjaga keharmonisan dan keutuhan rumah tangga. 9) Membuka hati dan menyambut cinta yang datang adalah lebih baik daripada kita terus memaksakan cinta yang belum pasti. 10) Kita dapat memaknai hidup lebih jauh bahwa cinta kepada sesama akan berakhir tetapi cinta kepada Sang Pencipta akan tetap ada sampai kehidupan di alam lain.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat sederhana namun indah dan bermakna sehingga dapat dicerna dengan mudah oleh semua kalangan. Sesekali menggunakan bahasa jawa yang ringan untuk menampilkan nuansa daerah seperti ungkapan “Wiwiting tresno jalaran soko kulino!”. Tidak hanya itu, novel ini sarat dengan nilai-nilai kehidupan, khususnya di Indonesia. Peristiwa dalam cerita memang terjadi dalam kehidupan nyata, sehingga pembaca dibuat hanyut dengan indahnya untaian kata peristiwa yang menggetarkan jiwa siapapun yang membaca novel ini. Selain itu, cerita Pudarnya Pesona Cleopatra dilengkapi dengan cuplikan-cuplikan puisi, seperti
Ibu
Durhakalah aku
Jika dalam diriku,
Tak kau temui inginmu
Ibu,
Durhakalah aku
Jika dalam hidupku,
Tak kau temui legamu
(Dijiwai puisi “Ibu (3)” karya Fatin Hamama)
Unsur emosi sangat ditonjolkan karena cerita ini banyak menceritakan tentang pergolakan batin. Kata-kata yang bersifat konotatif banyak ditemukan dengan pemaknaan yang ringan dan sederhana. Seperti kata pergulatan jiwa, menjadi mentari pagi, kuserahkan semuanya bulat-bulat, lesung pipinya akan menyihir, mengakar dalam otak, dan lain-lain.
Seperti halnya yang dikatakan orang bijak, tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan novel yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra ini memiliki sisi lain yang nampaknya kurang pas seperti penggunaan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang tidak tepat (salah satunya terdapat di Halaman 5) “satu-satunya, harapanku hanyalah berkah dari Tuhan atas baktiku pada ibu yang amat ku cintai.” Kalimat tersebut lebih tepat apabila “satu-satunya harapanku hanyalah berkah dari Tuhan atas baktiku pada ibu yang amat ku cintai.”
Cinta tak mengetahui kedalamannya sampai ada saat perpisahan (Kahlil Gibran). Menyadari cinta setelah segalanya berakhir adalah menyakitkan. Membuat remuk hati yang awalnya terasa utuh meski ditanami dengan bibit kebencian. Sungguh ironis. Hati yang seharusnya ditumbuhi dengan bunga-bunga cinta malah dipenuhi kaktus-kaktus berduri. Hati yang seharusnya dipenuhi warna-warni pelangi dan gemerlap cahaya bintang malah diselimuti kabut tebal yang hitam dan pekat. Saat kabut tersingkap dan cahaya mentari menelusup hangatkan hati yang tak bermata, ketika itu jua penyesalan menghiasi relung-relung hati yang kelabu. Namun tak ada yang mampu dilakukan karena kisah cinta telah usai.
NB : Dibuat oleh Princess Phia, Tamara Hana, Yasinta
kajian novel "Pudarnya Pesona Cleopatra"
Cinta adalah hal terindah yang tak dapat dipisahkan dalam merajut sebuah mahligai rumah tangga. Setiap manusia menginginkan pasangan hidup yang ideal, saling mencintai, penuh kasih sayang, dan mau menerima apa adanya. Namun, apa jadinya bila cinta bertepuk sebelah tangan sehingga semua angan menjadi abu? Seorang suami yang shaleh, baik, bertanggungjawab, perhatian, penyayang, dan penyabar adalah sosok yang diimpikan semua istri. Begitu pula seorang istri yang salehah, setia, perhatian, pengertian, dapat melayani pasangan hidupnya dengan baik, dan selalu mendampingi dalam keadaan suka maupun duka merupakan bidadari yang diimpikan semua suami. Kecantikan dan ketampanan tidak ada nilainya dibandingkan hati yang tulus dan ikhlas. Terkadang keduanya akan membuat dampak yang negatif apabila hanya memandang keindahan lahiriah saja, karena kecantikan dan ketampanan yang mereka miliki hanyalah topeng. Agama Islam mengajarkan bahwa “wanita yang baik akan bertemu dengan pria yang baik, begitupun sebaliknya, bahwa wanita yang berperangai buruk maka akan bertemu dengan pria yang memiliki perangai kurang baik”. Hal itu tetap dipegang teguh oleh semua orang yang menginginkan pasangan hidupnya memiliki akhlak yang baik. Namun, kadang kala keindahan lahiriah banyak mengelabui mata hati. Sehingga ia tak mampu melihat bahwa di depannya ada gemerlap bintang yang paling indah.
Paragraf di atas menggambarkan keadaan seperti yang tersirat dalam novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” karya Habiburrahman El Shirazy. Dengan tokoh utama yaitu Aku yang memiliki hasrat untuk beristrikan gadis Mesir tetapi harus pasrah pada perjodohan ibunya dengan gadis cantik, pintar dan shalehah dari Jawa. Berisi pergolakan batin yang hebat antara hasrat dan kenyataan yang dihadapi, sampai akhirnya ada kesadaran yang terlambat sehingga hatinya dipenuhi penyesalan.
Cerita ini di kemas secara apik oleh penulis dengan bahasa yang sederhana namun indah dan isi cerita yang menarik.
Adapun cerita “Pudarnya Pesona Cleoptra” ini memiliki dua tokoh utama yaitu Aku dan Raihana, serta beberapa tokoh pembantu seperti Ibu Aku (Halaman 1), Aida (Halaman 2), Tante Lia (Halaman 3), Yu Imah (Halaman 21), Ibu Mertua (Halaman 21), Pak Hardi dan Pak Susilo (Halaman 25), dan Pak Qalyubi (Halaman 29). Tidak hanya itu, dalam cerita ini ada tokoh yang dimunculkan hanya melalui cerita dari para tokoh yang terlibat langsung dalam kejadian di dalam cerita, seperti Mona Zaki (Halaman 12), Ratu Cleopatra (Halaman 3), Pak Agung (Halaman 25), Judit (Halaman 25), Zaenab (Halaman 26), Pak Soedarmadji (Halaman 26), Kiai Ahmad (Halaman 26), Fadhil (Halaman 31), dan Yasmin (Halaman 29).
Tokoh Aku yang memiliki watak keras kepala seperti yang terdapat, egois, terlalu acuh, agak sinis dan tidak mau menerima takdir serta tidak bisa menghargai orang yang mencintainya dengan tulus (Halaman 7) “Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang kerja atau di ruang tamu.” Menyayangi sang ibu (Halaman 2) “Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.”
Tokoh Raihana memiliki jiwa yang bersih, kuat atau tegar, beriman dan selalu tulus mencintai karena percaya ada yang lebih dicintai dengan penuh kepasrahan yaitu Allah walaupun harus menelan kepahitan yang dialaminya. Dia perempuan Jawa sejati yang selalu berusaha menahan segala badai dalam berbagai keadaan dan selalu menomorsatukan suami serta menomorduakan dirinya sendiri. (halaman 11 paragraf 9) “Mas tidak apa-apa?” tanyanya cemas sambil melepas jaketku yang basah kuyup. “Mas mandi pakai air hangat saja ya. aku sedang menggodok air. Lima menit lagi mendidih.” Lanjutnya. (halaman 11 paragraf 12) “Mas aku buatkan wedang jahe panas. Biar segar.” (halaman 12 paragraf 16) Raihana dengan sabar mengerokin punggung suaminya dengan sentuhan yang halus. Setelah dikerokin Raihana membawa satu mangkok bubur kacang hijau panas. “ kebetulan Hana buat bubur kacang hijau. Makanlah Mas untuk mengisi perut biar segera pulih”. (halaman 15 paragraf 23) “Mas, bangun Mas. Sudah jam setengah empat! Kau belum salat Isya”. (halaman 20 paragraf 11) Saat mau berangkat ke rumah sanak saudaranya Raihana masih menawarkan pakaian kepada suaminya, “ Mau pakai baju apa Mas, biar dinda siapkan? Atau, biar dinda saja yang memilihkan ya?” Hana begitu bahagia. Saat berada di sanak saudaranya Raihana tetap membangga-banggakan suaminya yang jelas-jelas telah menzaliminya.
Ibu adalah ibunda tokoh Aku, memiliki karakter yang terlalu memaksakan kehendak (Halaman 1, Paragraf 1, Baris ke-2) “Harus dengan dia, tak ada pilihan lain!” tegas ibu. Selain itu, tokoh ibu masih berpikiran kolot (berdasarkan penuturan tokoh Aku. Halaman 1 Paragraf 2) “sebenarnya sejak ada di dalam kandungan Aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah ku kenal itu. Kok bisa-bisanya ibuku berbuat begitu. Pikiran orang dulu memang aneh.” dan
seperti kebanyakan masyarakat Indonesia lainnya, dalam memilih jodoh harus dilihat dari bebet, bibit, dan bobotnya (Halaman 1, paragraf terakhir) ” Ibu tahu persis garis keturunan Raihana.”
Aida adalah adik tokoh Aku, ia merupakan pendukung setia ibu (ditututrkan oleh tokoh Aku. Halaman , paragraf 3) “Adikku satu-satunya ini memang pendukung setia ibu.” Dan bicara sekenanya (Halaman 2, percakapan 1, 3, dan 5) salah satu percakapannya, “Lumayan, delapan koma lima lah.”
Tante Lia merupakan pemilik salon kosmetik terkemuka yang selalu mendukung dan menyakinkan tokoh Aku bahwa Raihana memiliki wajah yang cantik alami. (halaman 3, paragraf 1, baris ke 16) “ Cantiknya benar-benar alami. Bisa jadi iklan sabun Lux lho, asli!” memiliki selera yang tinggi terutama dalam hal kecantikan (Halaman 3) “Bahkan Tante Lia, pemilik salon terkemuka di Bandung yang seleranya terkenal sangat tinggi dalam hal kecantikan mengacungkan jempol tatkala menatap foto Raihana”
Ibu mertua adalah ibunda Raihana yang juga merupakan ibu mertua tokoh Aku. Memiliki karakter senang bercanda (Halaman 21, paragraf 3, percakapan ke-2) “Ya masih baru, tho Nduk. Namanya pengantin baru satu tahun! Hi...hi..hi..”
Yu Imah adalah kerabat dari tokoh Aku dan Raihana, ia senag bercanda dan menggoda (Halaman 21, paragraf 1, percakapan 1 dan 4) “Selamat datang Pengantin Baru! Selamat datang pasangan paling ideal dalam keluarga!” sambut Yu Imah dan “Aku juga baru lho. Pengantin baru sepuluh tahun! He..he..he..” tukas Yu Imah.
Pak Qalyubi adalah seorang dosen Bahasa Arab yang berasal dari Medan (Halaman 29, paragraf 1) “Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan dosen Bahasa Arab dari Medan”, pintar (berdasarkan penuturan tokoh sendiri, Halaman 30, paragraf terakhir) “Tahun pertama saya dapat lulus dengan predikat Jayyid”, berasal dari keluarga yang kaya (berdasarkan penuturan tokoh sendiri, Halaman 30) “Saya anak tunggal seorang yang cukup kaya di pinggir timur Kota Medan”, terbuka (Halaman 29, paragraf 1, baris ke-12) “Akhirnya lama-kelamaan Pak Qalyubi sangat terbuka kepadaku”, terbuai dengan kecantikan lahiriah (Halaman 31, paragraf 1) “Dalam pandangan pertama, saya langsung jatuh cinta kepadanya” (Halaman 32 baris ke-3) “Sebab kecantikannya membuat saya tergila-gila” (Halaman 36, baris ke-9) “Setiap kali saya melihat wajahnya yang cantik dan meminta dengan manja saya tidak kuasa mengecewakannya”, mengikuti hawa nafsu (Halaman 31) “Dalam hati saya bersumpah tidak akan menikah kecuali dengan dia atau gadis secantik dia”, keras kepala (meskipun banyak orang yang memberikan masukan bahkan melarang pernikahannya dengan Yasmin, namun ia tetap bersikukuh dengan keinginannya untuk mempersunting gadis mesir itu)
Pak Hardi dan Pak Susilo adalah rekan kerja tokoh Aku. Untuk karakter kedua tokoh tersebut, penulis tidak menggambarkan secara gamblang maupun secara tersirat karena keduanya hanya bercakap-cakap mengenai hal terjadi pada tokoh Pak Agung.
Pak Agung adalah salah satu dosen yang mengajar di universitas yang sama dengan tokoh Aku. Ia adalah dosen muda yang paling cemerlang kariernya di kampus (Halaman 25, paragraf 3) “Dia adalah dosen muda yang paling cemerlang kariernya di kampus ini.” Bintang kampus (Halaman 26, paragraf 2) “Dulu dia adalah bintang di kampus ini.” Mengalami gangguan psikologis (Halaman 26, paragraf 1) “...sekarang ini Pak Agung juga sedang menjalani terapi psikologis di rumah sakit jiwa....” Keras kepala (Halaman 27) “Tapi agung nekad. Semua saran dan nasehat tidak ia indahkan.” Lebih mengikuti hawa nafsu daripada nurani (Halaman 27) “...Dia lebih mengikuti hawa nafsunya daripada nuraninya....”
Judit adalah istri Pak Agung, ia juga merupakan putri dari seorang promotor ,. Tak hanya itu, ia juga adalah seorang wanita yang cantik (Halaman 25, paragraf terakhir) “Dan karena kecerdasan dan kepiawaiannya, ia berhasil menyunting puteri promotornya yang cantik jelita, secantik Nocole Kidman” Judit juga merupakan seorang istri yang melakukan perselingkuhan (Halaman 26, baris ke-1) “Karena ia melihat Judit berselingkuh dengan bule Amerika.”
Zaenab adalah putri dari Kiai Ahmad (Halaman 26 paragraf 3) “Dia adalah puteri Pak Kiai Ahmad Munaji.” Kembang desa (Halaman 26 paragraf 3) “...tapi untuk ukuran di desanya termasuk kembang desa” Zaenab juga hapal Alquran dan kuliah di Airlangga (Halaman 26 paragraf ke-3) “Zaenab hafal Alquran dan kuliah di Universitas Airlangga”
Pak Soedarmadji adalah ayahanda Pak Agung, ia berkepribadian bijaksana dan selalu menasihati anaknya (Halaman 26) “...Kerabat Agung, terutama ayahnya sudah mengingatkan agar tidak terpedaya oleh pesona sementara.” Serta tidak memaksakan kehendak (Halaman 27) “Keluarganya hanya bisa mendoakan agar perkawinan itu langgeng seperti langgengnya perkawinan di Jawa pada umumnya.”
Kiai Ahmad adalah ayahanda Zaenab, ia sangat religius (Halaman 26) “....pengasuh sebuah pesantren tahfidh Alquran di Batu sana” (Halaman 27) “Ayahnya, Pak Kiai Ahmad sangat ketat menjaga akhlak dan moral anak-anaknya.”
Yasmin adalah istri Pak Qalyubi, ia merupakan orang yang berasal dari Mesir. Ia selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya (Halaman 35), pelit (Halaman 34 dan 36) “saya minta pada Yasmin untuk menjual perhiasannya yang bernilai ratusan juta untuk modal usaha. Dia tidak mau.” “Saya minta dia mau menjual sedikit dari perhiasan yang saya belikan itu untk biaya ke sana. Tapi dia tidak mau.” Boros (Halaman 33) “Saya minta pada Yasmin untuk lebih berhemat. Tidak setiap tahun ke Mesir tapi tiga tahun sekali. Yasmin tidak bisa”, Cantik (Halaman 31) “Saya belum pernah melihat gadis secantik dia.” Awam pengetahuan agamanya (Halaman 32) “Itu lebih selamat daripada Yasmin yang awam pengetahuan agamanya.” Senang hidup mewah (Halaman 32 dan 33) “Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis mesir yang menikah dengan orang Mesir pada umumnya.” “Kami langsung membeli rumah di kawasan elit Medan”. Pendusta (Halaman 37) “...diam-diam Yasmin sering menulis cerita bohong pada keluarganya.” Berselingkuh (Halaman 36) “Dan dilanjutkan dengan perselingkuhan.”
Fadhil adalah kakak kelas Pak Qalyubi yang memberi nasihat dan ketegasan kepada Pak Qalyubi agar segera menikah dengan Yasmin atau segera mengakhiri hubungannya tersebut. ia adalah sosok yang religius. (Halaman 32 baris 1) “Fadhil membuat garis tegas: akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya!”
Mona Zaki adalah seorang artis yang sangat cantik (Halaman 12 dan 13) “Aku punya keponakan yang sangat cantik namanya Mona Zaki.” “Mona Zaki, aktris belia yang sedang naik daun itu? tanyaku. “Dia memang cantik tak kalah dengan RatuCleopatra.” Tidak memakai jilbab (Halaman 13) “Dia tidak pakai jilbab.”
Cleopatra adalah seorang ratu yang sangat terkenal akan kecantikannya. Konon, tak ada satupun wanita yang dapat mengalahkan pesona kecantikannya dan tak ada satupun pria yang dapat menolak pesona keelokannya. Hal tersebut diketahui dari keinginan tokoh Aku yang menggebu-gebu ingin memiliki istri seorang wanita dengan pesona kecantikan titisan sang ratu.
Orang tua Pak Qalyubi merupakan orang tua yang baik dan sangat menyayangi anak semata wayangnya, hal tersebut dapat dilihat dari kerelaannya menjual semua harta yang dimiliki demi kebahagiaan sang anak.
Cerita “Pudarnya Pesona Cleopatra” terjadi di masa kini yang sudah maju dan modern. Selain itu, secara lebih khusus waktu terjadinya peristiwa adalah saat sore hari dan pagi hari (Halaman 11), pukul 7 malam (Halaman 13), sore hari (Halaman 19), petang (Halaman 24), malam dan siang hari (Halaman 25), dan satu minggu yang lalu (Halaman 44). Adapun peristiwa dalam cerita berlangsung di tanah Jawa yang masih kental terhadap adat dan norma ketimuran yang baik, serta sesekali berkisar di Mesir, tempat tokoh Aku menimba ilmu. Secara lebih mendetail, tempat terjadinya peristiwa adalah di Jawa, di rumah kontrakan yaitu kediaman Raihana dan Aku (Halaman 5), di Puncak (Halaman 29), di kampus (Halaman 25), di rumah ibu mertua (Halaman 23), dan pemakaman (Halaman 45). Tidak hanya itu, suasana dalam cerita ini di balut dengan rasa haru, sedih, marah, kecewa, tertekan, bingung, penuh penyesalan, dan perasaan kesal dari para tokoh. Selain itu, cerita ini berlatar pada kehidupan sosial ketimuran yang kental dengan nilai, norma dan budaya yang masih menyanjung tentang kesetiaan, kehormatan dan tenggang rasa. Dan tentang budaya mesir yang jauh berbeda kehidupan sosialnya dengan Indonesia khususnya Jawa.
Dengan tema kepasrahan, ketulusan, cinta kasih, keangkuhan, egois dan penyesalan, pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh utama (AKU) dengan posisi sebagai sentral demi amanat cerita sebagai pembelajaran yang merupakan inti cerita. Ini terlihat tidak ada nama tokoh utama karena sepanjang cerita tokohnya ditulis AKU.
Adapun alur cerita yang terdapat dalam novel ini adalah alur campuran, hal ini terlihat dari awal cerita yang terus maju namun kemudian ada flash back ketika para tokoh bercerita mengenai kejadian di masa lalunya seperti tokoh Pak Qalyubi yang menceritakan tentang pengalaman pribadinya kepada tokoh Aku.
Klimaks yang terjadi pada novel ini terdapat di halaman 9, tokoh Aku sudah sangat tersiksa dengan keadaan tidak sehat ini, begitu juga dengan Raihana yang merasakan hal sama, tetapi dia perempuan yang tegar. Di halaman yang sama, Raihana bertanya dengan keadaan semua ini, namun mendapat tanggapan yang dingin oleh suaminya, (halaman 9 paragraf 1) “ Tidak apa-apa kok Mbak, mungkin aku belum dewasa! Aku mungkin masih harus belajar berumah tangga, Mbak!”. Pada halaman yang sama namun tercantum paragraf 2, “Kenapa Mas manggilku “Mbak”? Akukan istri Mas. Apakah Mas tidak mencintaiku?” tanyanya dengan gurat sedih tampak diwajahnya. Pada paragraf 3, “Wallahu a’lam!” jawabku sekenanya. Dan dengan mata berkaca-kaca Raihana diam, menunduk, tak lama kemudian ia menangis terisak-isak memeluk kedua kakiku. (halaman 10 paragraf 4) “Kalau Mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa Mas ucapkan akad nikah itu? Kalau dalam tingkahku melayani Mas masih ada yang tidak berkenan kenapa Mas tidak bilang dan menegurnya. Kenapa Mas diam saja? Aku sangat mencintaimu Mas. Aku siap mengorbankan nyawa untuk kebahagiaan Mas? Jelaskanlah padaku apa yang harus aku lakukan untuk membuat rumah ini penuh dengan bunga-bunga indah yang bermekaran ? apa yang harus aku lakukan agar Mas tersenyum? katakanlah Mas! Katakanlah! Asal jangan satu hal. Kuminta asal jangan satu hal, yaitu menceraikan aku! Itu adalah neraka bagiku. Lebih baik aku mati daripada Mas menceraikanku. Namun sang suami tak merasakan apa-apa, dan juga tak bisa iba pada Raihana yang dari tadi mengiba penuh pasrah. Hari ke hari komunikasi mereka tidak lancar, namun Raihana tetap setia melayani suaminya walaupun dia tahu bahwa suaminya tidak mencintainya.
Novel ini sarat dengan amanat seperti 1) Janganlah menzalimi istri yang salehah dan perhatian karena penyesalan akan datang terakhir atas seizin Allah swt. sebagai hukuman dari perbuatan suami yang lalai. 2) Allah swt. tidak pernah membiarkan umatnya menderita bahkan akan membukakan pintu hati umatnya yang bersalah. 3) Hendaknya mencintai seseorang dengan penuh keikhlasan tanpa memandang hal tampak secara lahiriah. 4) Cinta yang hakiki hanyalah cinta dari Ilahi dan cinta karena Ilahi. 5) cinta dan nafsu adalah serupa namun tak sama, gunakanlah mata hati untuk menemukan cinta yang sesungguhnya. 6) Apa yang tampak secara lahiriah belum tentu sama dengan yang ada di dalam hati si empunya. 7) Kebahagiaan seorang suami bukan diukur dari kecantikan seorang istri melainkan dari keimanan dan ketakwaan seorang istri. 8) Sikap terbuka dalam kehidupan rumah tangga diperlukan demi menjaga keharmonisan dan keutuhan rumah tangga. 9) Membuka hati dan menyambut cinta yang datang adalah lebih baik daripada kita terus memaksakan cinta yang belum pasti. 10) Kita dapat memaknai hidup lebih jauh bahwa cinta kepada sesama akan berakhir tetapi cinta kepada Sang Pencipta akan tetap ada sampai kehidupan di alam lain.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat sederhana namun indah dan bermakna sehingga dapat dicerna dengan mudah oleh semua kalangan. Sesekali menggunakan bahasa jawa yang ringan untuk menampilkan nuansa daerah seperti ungkapan “Wiwiting tresno jalaran soko kulino!”. Tidak hanya itu, novel ini sarat dengan nilai-nilai kehidupan, khususnya di Indonesia. Peristiwa dalam cerita memang terjadi dalam kehidupan nyata, sehingga pembaca dibuat hanyut dengan indahnya untaian kata peristiwa yang menggetarkan jiwa siapapun yang membaca novel ini. Selain itu, cerita Pudarnya Pesona Cleopatra dilengkapi dengan cuplikan-cuplikan puisi, seperti
Ibu
Durhakalah aku
Jika dalam diriku,
Tak kau temui inginmu
Ibu,
Durhakalah aku
Jika dalam hidupku,
Tak kau temui legamu
(Dijiwai puisi “Ibu (3)” karya Fatin Hamama)
Unsur emosi sangat ditonjolkan karena cerita ini banyak menceritakan tentang pergolakan batin. Kata-kata yang bersifat konotatif banyak ditemukan dengan pemaknaan yang ringan dan sederhana. Seperti kata pergulatan jiwa, menjadi mentari pagi, kuserahkan semuanya bulat-bulat, lesung pipinya akan menyihir, mengakar dalam otak, dan lain-lain.
Seperti halnya yang dikatakan orang bijak, tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan novel yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra ini memiliki sisi lain yang nampaknya kurang pas seperti penggunaan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang tidak tepat (salah satunya terdapat di Halaman 5) “satu-satunya, harapanku hanyalah berkah dari Tuhan atas baktiku pada ibu yang amat ku cintai.” Kalimat tersebut lebih tepat apabila “satu-satunya harapanku hanyalah berkah dari Tuhan atas baktiku pada ibu yang amat ku cintai.”
Cinta tak mengetahui kedalamannya sampai ada saat perpisahan (Kahlil Gibran). Menyadari cinta setelah segalanya berakhir adalah menyakitkan. Membuat remuk hati yang awalnya terasa utuh meski ditanami dengan bibit kebencian. Sungguh ironis. Hati yang seharusnya ditumbuhi dengan bunga-bunga cinta malah dipenuhi kaktus-kaktus berduri. Hati yang seharusnya dipenuhi warna-warni pelangi dan gemerlap cahaya bintang malah diselimuti kabut tebal yang hitam dan pekat. Saat kabut tersingkap dan cahaya mentari menelusup hangatkan hati yang tak bermata, ketika itu jua penyesalan menghiasi relung-relung hati yang kelabu. Namun tak ada yang mampu dilakukan karena kisah cinta telah usai.
NB : Dibuat oleh Princess Phia, Tamara Hana, Yasinta
Jumat, 16 Desember 2011
entah itu indah
dalam bunga ada entah..
dalam cinta ada entah
dalam diri ada entah
dalam hati ada entah.
entah itu senang
entah itu bahagia
entah itu duka
entah itu haru
manusia bagai entah dalam dunia
manusia sebagai entah dalam hari
manusia mempunyai entah dalam sunyi
manusia dengan pencintanya dakan ENTAH
dalam cinta ada entah
dalam diri ada entah
dalam hati ada entah.
entah itu senang
entah itu bahagia
entah itu duka
entah itu haru
manusia bagai entah dalam dunia
manusia sebagai entah dalam hari
manusia mempunyai entah dalam sunyi
manusia dengan pencintanya dakan ENTAH
Jumat, 22 Juli 2011
Kecewa tapi cinta
Karya : Sapta Wiguna
Tidak ada yang tau akan dirimu
Kebohongan kau berikan dimata indah
Berjalan dengan perasaan yang digenggam
Hingga masa depan menjawab semua perasaan
Semua teungkap dengan pertanyaan yang bodoh
Kau berikan linangan air mata dari jawaban
Iya, kata yang keluar dari seberkas hati
Kecewa karena cinta berbekas
Namun walau kecewa diberikan
Hati ini bersikukuh jangan hilangkan cinta
Cinta yang selama ini hinggap dalam kegelapan
Ketika kecewa diri sirna namun cinta berbunga indah
Karya : Sapta Wiguna
Tidak ada yang tau akan dirimu
Kebohongan kau berikan dimata indah
Berjalan dengan perasaan yang digenggam
Hingga masa depan menjawab semua perasaan
Semua teungkap dengan pertanyaan yang bodoh
Kau berikan linangan air mata dari jawaban
Iya, kata yang keluar dari seberkas hati
Kecewa karena cinta berbekas
Namun walau kecewa diberikan
Hati ini bersikukuh jangan hilangkan cinta
Cinta yang selama ini hinggap dalam kegelapan
Ketika kecewa diri sirna namun cinta berbunga indah
SANG PESAING
Karya : Sapta Wiguna
Berdiri tegap tak tegoyahkan
Telunjuk mu melampaui kepala mu
Mata melotot untuk menakuti
Angkuh dan sombong kau tampakkan
Tapi, ku disini murung duka nestapa
Takut di hibas hempasan dirimu
Bagaimana masa depan akan datang
Bila takut ini menyelimuti tubuh
Tuhan engkau yang maha tahu
Berikan yang terbaik untuk diriku
Disemua kalangan semua kecil
Hanya engkau jagat semua kalangan
Karya : Sapta Wiguna
Berdiri tegap tak tegoyahkan
Telunjuk mu melampaui kepala mu
Mata melotot untuk menakuti
Angkuh dan sombong kau tampakkan
Tapi, ku disini murung duka nestapa
Takut di hibas hempasan dirimu
Bagaimana masa depan akan datang
Bila takut ini menyelimuti tubuh
Tuhan engkau yang maha tahu
Berikan yang terbaik untuk diriku
Disemua kalangan semua kecil
Hanya engkau jagat semua kalangan
Rabu, 08 Juni 2011
kawan
Bagai bayang-bayang yang berterbangan
Engkau hadir dalam pelukan
ada di setiap kerumunan orang
masalah selalu dipecahkan
demi sobat mu kawan
kawan
kawan
kawan
pancaran matamu menyegarkan jiwa
hingga masuk ke lubuk hati yang fana
tapi sayang kawan,,,
ku tak bisa memegang mu
karena masuk ke dalam jurang neraka
Engkau hadir dalam pelukan
ada di setiap kerumunan orang
masalah selalu dipecahkan
demi sobat mu kawan
kawan
kawan
kawan
pancaran matamu menyegarkan jiwa
hingga masuk ke lubuk hati yang fana
tapi sayang kawan,,,
ku tak bisa memegang mu
karena masuk ke dalam jurang neraka
Langganan:
Postingan (Atom)